me: (tiduran dijalan desa) ah ga mungkin gue kelindes mobil dijalan beginian.
*teeeet. truk lewat. motor lewat. jalan mendadak rame.
avi: (cuaca super panas) coba aja ada singkapan yg ada warungnya. enak tuh buat tempat makan siang.
5 menit
kemudian, nemu warung jualan minuman dingin sebelahnya singkapan 6x4
meter.
Impossible is nothing, only on Karangsambung.
Cerita kami, para penghuni asrama totogan kamar nomor 1, selama ditempa di padepokan Karangsambung
Tuesday, July 10, 2012
Monday, July 9, 2012
Dari Bandung Hingga Karangsambung
Macet, bioskop, Mc Donald, ITB, punclut. Mungkin 5 hal tadi
yang bakal terpintas dikepala gue ketika mengingat kata “Bandung”. 3 tahun di
Bandung mungkin waktu yang lumayan lama bagi seorang anak daerah ingusan seperti gue
untuk mengamati dan menikmati indahnya kehidupan masyarakat Bandung. Tapi
bagaimana dengan kehidupan di Karsam (singkatan Karangsambung)? Sepertinya 1
bulan Kuliah Lapangan di desa Karangsambung, Kebumen cukup membuka pandangan dan hati bagaimana warna-warninya dunia ini.
Karangsambung, merupakan sebuah desa di utara Kebumen, Jawa
Tengah. Desa yang pasti dikenal oleh tiap geologist
dan calon-calon geologist di
Indonesia. Desa ini memiliki cerita geologi yang begitu indah dan menarik untuk
dipecahkan. Perbukitan yang masih asri, perkebunan yang teramat luas, hingga
cara hidup yang sangat sederhana juga begitu menarik perhatian gue untuk
menulis cerita kecil-kecilan ini.
Pagi hari di Karsam, ketika berangkat ke lapangan dan
siap menyantap singkapan-singkapan batuan, warga sekitar juga terlihat sibuk
dengan keseharian mereka yang sepertinya terus berulang tanpa henti.
Bapak-bapak yang masih memiliki fisik yang kuat biasanya terlihat sibuk
mengendarai truk dan mengeruk pasir di daerah pertambangan pasir hampir di
sepanjang tepi Kali Luk Ulo, kali dengan lebar hingga 20 meter yang membelah
desa ini dari utara hingga selatan. Pria berumur sekitar 20-an terlihat sibuk
dengan angkot dan bus kecil yang hanya beroperasi pada jam keberangkatan dan
kepulangan sekolah.
Kemana perginya para lelaki-lelaki yang sudah termakan usia?
Mereka biasanya akan banyak terlihat ketika gue mulai memasuki perkebunan.
Mereka sepertinya lebih memilih merawat perkebunan dan sawah yang biasanya
terhampar di perbukitan yang landai.
Sementara para lelaki-lelaki perkasa mencari nafkah, para
ibu-ibu selain terlihat sedang mencuci pakaian di pinggir kali, biasanya
terlihat di angkot membawa hasil-hasil perkebunan yang sepertinya siap untuk
dijual. Setiap bertemu dengan ibu-ibu lainnya, mereka bersalaman, kenalan dan
sekian detik kemudian bercerita dengan lepasnya. Sebuah pemandangan yang langka
untuk di jumpai di perkotaan.
Bagaimana dengan suasana pagi hari di Bandung? Satu kata
yang mampu menggambarkan segalanya, “macet”. Semua kendaraan sibuk berlalu
lalang. Pegawai kantoran, supir angkot dan ojek, hingga mahasiswa-i memenuhi
jalanan serta trotoar bagi yang berjalan kaki. Tak jarang pula dihiasi dengan
emosi para pengendara pribadi ketika kesel dengan angkot yang suka seenaknya.
Cara yang buruk untuk memulai hari.
Kembali lagi ke kehidupan Karsam, ketika matahari tenggelam sekitar pukul 18.30, jalanan terlihat begitu sepi. Ya,
sangat teramat sepi. Yang ada hanyalah orangtua dan anak-anak yang mengenakan
sarung yang baru saja melakukan shalat magrib berjamaah di masjid.
Warung-warung yang tutup, plus lampu jalan yang tak banyak benar-benar memberi
kesimpulan desa ini mati begitu cepat! Bagaimana dengan Bandung di waktu yang
sama? Ya sudah lah ya kita sama-sama tau.
Yak tulisan kali ini sepertinya sudah sangat panjang biarpun
masih banyak hal yang begitu menarik untuk diceritakan. Namun sekarang gue ada
di Bandung dan siap melepas kangen gue akan kemacetan ini. Tapi satu hal yang
pasti, suatu hari gue pasti akan merindukan si Karangsambung.
Thursday, July 5, 2012
Mapping Pertama Para Calon Geologists
Yak blog totogan satu ngejar tayang! Begitu banyak hal yang
ingin kita ceritakan bertapa indahnya hari-hari di Karangsambung saat materi
utama, Mapping / Pemetaan Geologi
telah dimulai tapi apa daya hari-hari kita begitu sibuk saat itu.
Pemetaan Geologi? Bagi yang belum kenal dengan kata ini,
sedikit gambaran kasarnya Pemetaan Geologi adalah kegiatan memetakan penyebaran
batuan yang ada pada daerah yang sudah ditentukan. Sayang seribu sayang, seluruh
peserta dibagi menjadi dua daerah pemetaan dengan batasan waktu 9 hari dan
disarankan membentuk kelompok kecil lagi, dan apa daya barudak totogan satu
terpecah dua. Gue dan Arifin pemetaan di daerah bernama Sugeong, Bennett dan
Adiatma di daerah Cantel.
Mirip acara Bolang, akhirnya seluruh peserta Karsam 2012
dilepas di hari pertama.
#np Ninja Hattori Soundtrack – mendaki gunung lewati lembah
Gue dan tim mapping gue,
entah karena kelewat semangat atau hilang akal, menyiksa diri naik ke bukit
terjal, nerobos hutan, nyolong degan/kelapa muda warga, hingga terjun ke sungai
yang penuh dengan singkapan yang masih fresh dan tentunya feses manusia, ya
FESES WARGA yang tentunya masih FRESH juga. Berikut gambaran ekspresi kami dari
hari ke hari,
Hari-hari awal:
Arah dip nya udah berubah wooi!! *girang
Uler wooii ada uler!!
Kontak satuan woooii!!
hari ke 5 hingga ke 7:
ooh paling batuannya masih sama. *ekspresi datar
ooh uler lagi yah.
paling beberapa meter lagi kita nemu kontak kok.
Hari-hari akhir:
Breksi kampret!
Kadal pitak! Ini arah dip nya kok beda semua woi!
Gue enggak bakal ceritain gimana membosankannya ngerjain
laporan di hari setelah Pemetaan, dan gimana serunya disidang dan disiksa oleh
dosen-dosen senior. Intinya, secara keseluruhan, pemetaan pertama gue berhasil
gue lalui dengan indahnya.
Berjuta-juta kilo terimakasih gue ucapin terima kasih buat
tim Mapping gue, Mahendra, Raditha,
dan si Super Sweeper Aviandito.
Terimakasih juga buat tim mapping sebelah, Kibeng, Febby, Putri, Fusi, yang dengan sabarnya
menampung gue dan avi di hari terakhir.
SALKOMSEL!
*SALKOMSEL: SALam KOMpak SELalu. Tolong jangan nge-judge gue alay, tapi suer ini kata-kata
yang indah yang gue baca ditembok bangunan siskamling warga.
mega outcrop bareng tim mapping sebelah
aviandito dan uler tanpa kepala yg baru kelindes truk
Sketsa dan Geomorfologi
Kali ini saya ingin bercerita tentang salah satu materi paling menyenangkan di karsam, yaitu Geomorfologi dan Sketsa, berbeda dengan cerita-cerita kami sebelumnya yang ringan dan kocak, karena masukan dari seorang kawan kami akan membawakan cerita ini dengan sedikit serius (biar kelihatan geologi dikit :p).
2 materi ini dibawakan oleh Pak Budi Brahmantyo, dan Pak Agus Handoyo. Cerita kali ini tidak akan banyak bercerita tentang materi geomorf yang cukup menarik, tetapi akan lebih fokus tentang kelas sketsa bentang alam bersama Pak Budi.
Materi kali ini diawali dengan analisa dan identifikasi proses dan elemen geomorfologi di sistem aluvial, tepatnya di sekitar sungai Lok Ulo,
main-main di air !
Di sana kami belajar tentang proses geomorfik yang membentuk morfologi sungai, kami mencoba belajar menganalisanya, dan pada akhirnya kami diharapkan bisa mengkompilasi dalam peta geomorfologi.
Cukup soal itu, sekarang menuju ke bagian yang paling menarik yaitu belajar sketsa dengan Pak Budi Brahmantyo. Big boss dari kelompok riset cekungan bandung ini adalah salah satu trah (keturunan) dari klan Lab Engineering Geology yang notabene berisi dewa-dewa sketsa terutama sketsa morfologi (dalam konteks rekayasa geologi ). Tahun ini kami berkesempatan belajar langsung dari beliau. Kelas ini tidak dilakukan dalam ruang kuliah tetapi langsung ke lapangan, di sebuah bukit di bagian barat laut dari Lembah Antiklin Karangsambung yang bernama Wagir Sambeng.
Cukup soal itu, sekarang menuju ke bagian yang paling menarik yaitu belajar sketsa dengan Pak Budi Brahmantyo. Big boss dari kelompok riset cekungan bandung ini adalah salah satu trah (keturunan) dari klan Lab Engineering Geology yang notabene berisi dewa-dewa sketsa terutama sketsa morfologi (dalam konteks rekayasa geologi ). Tahun ini kami berkesempatan belajar langsung dari beliau. Kelas ini tidak dilakukan dalam ruang kuliah tetapi langsung ke lapangan, di sebuah bukit di bagian barat laut dari Lembah Antiklin Karangsambung yang bernama Wagir Sambeng.
pemandangan dari atas bukit
Tugas kami adalah merekam bentang alam dalam sketsa kami , terdengar sederhana dan mudah, tapi demi Tuhan Bangsa dan almamater, tidak semudah yang anda dengar. Mungkin jika anda beruntung, terlahir dengan bakat seorang artist yang melimpah ruah dalam darah anda tugas ini akan sedikt lebih mudah, tetapi bagi kami barudak totogan satu, yang nampaknya tidak seberuntung itu tugas ini menjadi waktu-waktu paling abstrak dalam hidup kami di sini.
Jadilah waktu 30 menit di atas bukit wagir sambeng kami habiskan dengan mecoba meresapi apa yang kami lihat di depan mata kami, meraba-raba kertas sketsa kami dan akhirnya dengan berkat Tuhan yang Maha Esa jadilah 4 sketsa bentang alam karang sambung buah karya barudak totogan satu. Meskipun nilai yang kami dapat memang sebanding dengan kerja keras kami (-_-), kami tetap meras puas bisa mengalami momen-momen menyenangkan di atas bukit bersama kawan-kawan .
dan inilah sketsa kami yang kami buat dengan darah dan keringat yang tercurah \m/
dan inilah sketsa kami yang kami buat dengan darah dan keringat yang tercurah \m/
Subscribe to:
Posts (Atom)